Sabtu, 10 April 2010

Hari Ini Paskah

Sudah Dimuat di Harian Metro Riau, Minggu 4 April 2010


Yesus Telah Bangkit

Roma 5:8 “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”

Kalau ditanyakan kepada siapa saja di muka bumi ini, tidak ada seorang pun yang ingin hidup susah, menderita dan sengsara. Semua orang ingin senang dan bahagia. Tuhan bahkan tidak pernah bahagia melihat manusia hidup menderita dan sengsara. Tuhan senang melihat manusia ciptaan-Nya hidup dengan penuh kelimpahan, namun manusia terkadang malas dan ingin senangnya saja.

Pada dasarnya, setiap orang ditakdirkan untuk hidup sebagai seorang pengusaha. Cuma dengan berusaha saja, seseorang dapat bertahan untuk hidup. Untuk meraih kesuksesan atau kemakmuran, kita harus bekerja keras serta berusaha, dan membangkitkan kemauan diri di dalam berusaha.

Perjuangan hidup tiada mengenal lelah, harus berani mencoba dan terus mencoba,
harus berani menerima serta menghadapi tantangan hidup, dan sebisa mungkin memanfaatkan kesempatan yang diberikan kepada kita. Jangan malah takut menghadapi hidup dan ragu-ragu memanfaatkan kesempatan yang dipercayakan kepada kita.

Seseorang ingin berhasil dalam sekolahnya tetapi dia malah malas belajar. Kalau disuruh belajar oleh orang tuanya malah membangkang. Di sekolah pun cara belajarnya tidak serius, hanya ikut-ikutan saja daripada tidak sekolah. Orang ujian, dia pun ikutan ujian dengan cara mencontek punya temannya atau malah menjawab asal isi.

Seharusnya, kalau kita berkeinginan sukses di dalam studi, tentu jalan satu-satunya adalah belajar dengan tekun dan giat. Belajar dengan keras merupakan perjuangan yang disenangi Tuhan. Sehingga kesuksesan yang kita raih tidak sia-sia.

Selain itu, kalau kita hendak sukses dalam pekerjaan atau dalam berusaha tentu dengan kerja keras. Jangan bermalas-malasan. Tuhan menyenangi orang pekerja keras. Sebab dalam diri orang pekerja keraslah kesuksesan berusaha akan bisa diraih.

Tetapi pada kenyataannya, kita banyak yang menyerah kepada kerasnya hidup. Kita malas dan menolak jalan bekerja keras. Kita tidak mampu bertahan dengan badai, ombak dan dan hantaman batu cadas. Kita sangat rapuh dan cepat berputus asa. Kita tidak siap memperoleh tiket kemenangan dan menyerah di tengah jalan, bahkan ada yang menyerah sebelum bertanding.

Permasalahan dan persoalan hidup adalah rival yang mesti kita taklukkan dan kalahkan. Bukan sebaliknya, persoalan dan permasalahan itu menghancur-leburkan hidup kita. Sebab pada kenyataannya, kita tidak sendiri. Tuhan adalah penolong yang sejati. Sebesar apa pun persoalan dan permasalahan hidup, kalau kita sertakan Tuhan di dalamnya, akan menjadi mudah.

Yang paling penting dalam hidup ini adalah kita wajib setiap saat dan setiap waktu mengucap syukur serta berdoa kepada Tuhan agar setiap langkah hidup kita diberkati serta selalu dalam penyertaan-Nya. Agar kehidupan kita kelak juga diberikan-Nya tempat yang layak.

Semua itu sudah selayaknya menjadi panggilan hidup orang Kristen. Karena pada saat kita mengucap syukur, itulah saat kita menyatakan dan mengungkapkan tanda kasih kita kepada Tuhan. Pada saat kita memuliakan nama-Nya, itulah kesempatan kita merendahkan diri dan sujud menyembah-Nya.

Namun yang sering terjadi adalah, di mana kesuksesan telah diraih. Kita justru tenggelam dalam kehidupan. Bahkan sengaja menenggelamkan diri pada dunia. Lupa akan keberadaan-Nya. Kita, justru lupa bahwa kasih Tuhan yang menolong serta menuntun hidup kita hingga semuanya itu dapat diraih.

Kita menjadi lalai atas kewajiban kepada Tuhan karena kesuksesan, kesenangan hidup dan harta telah membutakan mata. Kita lupa dan kadang menyangkal bahwa kesuksesan itu bersumber dari kemurahan Tuhan. Kita mulai memegahkan diri. Mulai sombong dan melupakan dasar hidup sebagai orang Kristen.

Kita menganggap akar dari kesuksesan itu adalah berkat usaha sendiri. Kesuksesan itu adalah usaha keras tanpa bantuan siapapun juga. Bahkan kesuksesan itu hanya patut kita rayakan dengan berpesta pora.

Apa yang terjadi ketika kesuksesan itu pada suatu waktu tiba-tiba diambil dari diri kita? Yang timbul justru adalah rasa sesal, kecewa, dan marah kepada Tuhan, karena kita menganggap Tuhan tidak menyertai usaha yang sedang kita lakoni. Kita malah “bernegatif thingking” mengatakan Tuhan tidak senang dengan kesuksesan.

Kita terkadang berat sebelah. Ketika kita sukses dalam hidup, kita melupakan Tuhan dan asyik pada hidup duniawi. Namun kalau sudah terjadi kesulitan hidup, tumpur dan lain sebagainya, kita malah menyalahkan Tuhan. Pada hal kitalah yang tidak pernah menyertakan-Nya dalam hidup, baik susah maupun dalam senang.

Kebanyakan orang, melihat keterpurukan hidup justru membuatnya menjadi semakin lemah dan jatuh ke dalam dosa. Mereka justru larut dalam kesedihan, ratap dan tangis, melupakan harap serta membangkitkan siksa bagi diri sendiri. Mereka menjadi lemah, dan kadang lupa untuk berusaha bangkkit kembali.

Sesungguhnya, Tuhan bukanlah pribadi yang lemah seperti itu. Tuhan itu sangat baik, dia setia dan selalu menyertai kita. Setiap saat, setiap waktu, dan di setiap kesempatan kala kita membutuhkan hadirat-Nya. Ia selalu menyempatkan hadir untuk menyapa kita dan menemani kita, tidak hanya di saat kita sedang menghadapi masalah, tetapi juga, di saat kesenangan ada di dalam diri kita.

Sungguh Dia teramat baik. Meskipun kita sering lalai atas panggilan kasih-Nya, Ia tetap mau datang dalam hadirat-Nya untuk menghibur, menolong, dan menjaga kita. Ia bukanlah imajinasi, melainkan sebuah kenyataan yang dapat kita rasakan, tidak hanya di dalam hati, akan
tetapi juga di dalam kehidupan nyata kita. Dia bukanlah halusinasi yang menawarkan mimpi-mimpi melainkan kenyataan hidup.

Tindakan kasih Tuhan yang teramat agung dan rasanya tak mungkin kita samai atau
jumpai pada pribadi yang lain, adalah dengan memberikan nyawa-Nya untuk keselamatan kita agar tidak terpuruk dan jatuh ke dalam jurang maut, upah orang berdosa.

Tuhan Yesus mengalami penderitaan hebat, sewaktu Ia diadili, di saat Ia
harus memikul salib, dan pada saat Ia disalibkan. Yesus mati mengalami penderitaan di dalam sisi kemanusiaan-Nya, dan bukan di dalam ke-Illahian-Nya. Tetapi Yesus tersenyum bahagia di dalam menjalankan misi penyelamatan-Nya.

Misi penyelamatan-Nya tidak semudah dan segampang yang ada dalam film-film laga Barat. Darah yang mengalir keluar dari tubuh-Nya merupakan tanda basuhan dosa atas manusia, agar manusia dapat ditebus serta disucikan dari dosa. Ia disalibkan bagai seorang penjahat besar (karena pada pada waktu itu, orang yang disalibkan adalah orang yang dianggap telah melakukan sebuah kejahatan besar saat itu), pada hal apa yang dilakukan-Nya adalah untuk menanggung segala dosa kita.

Apabila kita merenungkan akan hal ini, siapakah yang sebenarnya harus disalibkan? Begitu besar kasih dan rasa sayang Tuhan kepada kita sehingga Ia bersedia menggantikan kita untuk menderita di kayu salib agar dosa-dosa kita dapat ditebus.

Kita harus bersyukur kepada Allah akan hal tersebut karena kita telah diselamatkan dan terbebas dari hukuman menerima alam maut karena dosa-dosa kita dan dapat menjadi hamba kebenaran.

Dalam Roma 6:18 dinyatakan, “Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.” Yesus melakukan sesuatu yang kelihatan mustahil untuk kita, mengorbankan diri-Nya agar orang banyak terselamatkan. Ia melakukan pembaharuan dalam kehidupan umat manusia, khususnya kepada mereka yang percaya kepada-Nya.

Sebagai anak-anak Tuhan, Kematian Tuhan Yesus dan juga Paskah, tidak akan pernah berarti jika di dalam diri dan hidup kita tidak pernah ada respon positif atas kemurahan serta kebaikkan yang telah Tuhan perbuat untuk kita. Selamat Paskah, Tuhan memberkati. ***

Erwin Hartono, S.Pd

Guru di Yayasan Pendidikan Kristen Kalam Kudus Pekanbaru

dan Anggota Jemaat HKBP Sukajadi

0 komentar: