Minggu, 21 Juni 2009

Mimbar Kristen di Harian Metro Riau (Minggu 21 Juni 2009)

Izebel pada Sinetron ‘Suami-Suami Takut Isteri’

Serial Sinetron TV yang bercerita tentang “Suami-Suami Takut Isteri” yang setiap hari disuguhkan kepada penonton sebenarnya kurang mendidik di dalam keimanan kita orang Kristen. Dalam ceritanya dikisahkan peranan isteri jauh lebih besar dan dominan dari suaminya. Di sana juga diceritakan bahwa suami tunduk kepada isteri yang sangat bertentangan dengan Alkitab. Kolose 3:18 menyebutkan, “Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.”
Kita menganal seorang tokoh Izebel dalam Alkitab, seorang wanita yang jahat kepada suami bahkan sebagai penantang Allah. Namun ternyata sejarah Alkitab itu masih terus berlangsung di dunia ini sampai sekarang. Ajaran Izebel masih hidup walaupun Izebelnya telah tiada. Bahkan secara blak-blakan serial TV di Indonesia mengisahkan tanpa merasa bersalah telah menodai firman Tuhan.
Di dunia ini, sering kita jumpai seorang wanita merasa puas bila menundukkan suaminya. Bahkan sampai-sampai hal ini diturunkannya kepada anak perempuannya untuk menundukkan suaminya kelak.
Sebuah kisah dari kesaksian menceritakan sebuah keluarga yang kulitnya (luarnya) saja harmonis. Sebenarnya keluarga ini dibangun dengan kualitas sesat dan kekuatan iblis. Suatu ketika keluarga suami (sebut saja Sabar) yang miskin papa tinggal di suatu daerah, namun suami yang menjadi isteri wanita tersebut tidak mampu berbuat apa-apa untuk membantu keluarganya itu karena melihat perangai isterinya.
Si suami yang kini hidupnya mapan mempunyai saudara sembilan orang. Kesembilan orang saudaranya itu termasuk dari kalangan keluarga tidak mampu dan harus diputus hubungan kekeluargaan mereka oleh isterinya (sebut saja Edan).
Suatu ketika ponakan dari suaminya datang dari kampung untuk mencari kerja ke tempat Sabar (pamannya). Pamannya termasuk orang yang mampu di kotanya. Namun sayang keluarga ini jauh dari kasih, bahkan lebih menonjolkan egois, iri hati, dan dengki. Pertama-tama sang paman, sangat baik dengan ponakannya, Gunawan. Bahkan ketika pertama kali kerja, Sabar meminjamkan pakaiannya untuk dipakai kerja ponakannya.
Sabar melihat selama di rumahnya, ponakannya sangat baik. Bahkan Sabar pun membuat ponakannya sebuah kamar lagi di rumahnya agar bisa ditempati ponakannya sebab selama ini, ponakannya tidur satu kamar dengan anak laki-lakinya.
Setelah kamar siap, sang paman dan bibinya cekcok. Tidak lain persoalannya adalah masalah Gunawan yang menjadi ponakan Sabar, di mana Sabar sangat baik sekali dengan ponakannya ini. Persoalan ini akhirnya secara tidak langsung menjadi awal pengusiran Gunawan dari rumah pamannya itu. Hal ini akibat iri dan dengki dari isterinya.
Gunawan yang merasa tahu sebagai penyebab pertengkaran antara paman dan bibinya memilih keluar dari rumah itu. Bahkan bukan hanya Guwan saja yang mengalami nasib sama. Seluruh keluarga sang suami tidak ada tempat di rumah mereka. Bahkan suami harus putus hubungan dengan keluarganya sendiri.
Tragis, si suami yang lemah ini menerima perlakuan isteri yang sangat menyimpang dari Alkitab itu. Si suami tidak pedulian lagi dengan saudara kandungnya sendiri akibat iri dan dengki sang istri kepada keluarga besar suaminya. Durhaka Malin Kudang pun terjadi di alam modern ini.
Anehnya ajaran ini diturunkannya kepada anak perempuannya. Tidak ada pertobatan di tengah-tengah keluarga ini. Anak perempuannya dijerumuskan ke dalam lumpur nista dosa. Penghasutan dan pembelaan selalu kepada anak perempuannya yang egois dan memiliki kedengkian kepada keluarga suaminya.
Hingga akhirnya, anak perempuan Sabar itu harus bercerai dengan suaminya karena tidak tahan diperlakukan kasar dan hendak memisahkan keluarga kandung suaminya. Sementara si suami menghendaki hidup seperti yang tertulis di Alkitab, bukan hidup nista seperti kedua orang tua isterinya itu yang tanpa kasih.
Kisah seperti ini sangat banyak kita jumpai dalam kehidupan nyata hingga saat ini. Bahkan menjadi sebuah kebanggaan bila isteri-isteri mampu memutus hubungan suaminya dengan keluarga besarnya. Sungguh tidak berkenan dihadapan Tuhan yang seperti ini. Namun isteri yang bebal seperti ini hampir tidak ada yang mau bertobat. Isteri atau perempuan yang mempunyai sifat seperti ini tidak kenal belas kasihan, tidak peduli apakah tindakannya benar atau salah yang penting ia merasa nyaman dan bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Ia bisa berlaku semena-mena terhadap orang lain, selalu mengancam dan merasa berhak melakukan apa saja yang ia inginkan.
Dalam kehidupan kantoran atau dunia kerja juga hal demikian sering kita jumpai. Seorang wanita bebal ingin menguasai orang lain dan menganggap pikiran dan tindakannya yang benar. Dia tidak sadar lingkungan kerjanya “muak” melihat perangai menguasai yang ada pada diri wanita tersebut.
Kesombongan dan egoisnya ditutup dengan firman kosong. Dari mulutnya memang selalu keluar firman, namun sangat disayangkan sebatas ucapan. Belas kasihan dan kasih tak ada bagi orang-orang sombong dan egois seperti ini. Kerjanya selalu menjelek-jelekkan orang, baik dengan temannya maupun dengan atasannya langsung.
Inilah gambaran Izebel masa kini. Di rumah tangga ada Izebel, di dunia kerja juga ada Izebel. Perempuan yang menganggap dirinya hebat dan hanya dialah yang mampu tanpa mau mendengar pendapat orang lain.
Saat ini, marilah kita memintanya kepada Tuhan agar memberi kita roh yang baru, roh yang diubah oleh Roh Kudus. Roh yang tunduk kepada suami, penuh belas kasihan, pengampunan dan kelembutan.
Gantilah sifat-sifat yang tidak baik dan tidak berkenan di hadapan Tuhan menjadi sifat-sifat yang baik. Tunduklah pada keinginan roh, maka keinginan daging akan sirna dengan sendirinya.
Sebagai renungan minggu ini tertulis pada 1 Petrus 3:1,4-6 yang isinya; “Hai isteri-isteri tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya. Perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasaan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Tuhan memberkati. ***
(Erwin Hartono, S.Pd)
(Guru di Yayasan Pendidikan Kristen Kalam Kudus Pekanbaru)

0 komentar: