Minggu, 21 Juni 2009

Mimbar Kristen di Harian Metro Riau (Minggu 7 Mei 2009)

Mengapa Kita Berdoa

Ayat berikut ini selalu menjadi kebiasaan umat Kristen di dalam hidupnya. Mazmur 18:7 (Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya). Tetapi apakah hanya dalam kesesakan dan kesulitan kita berdoa?
Seorang yang mengalami duka cita disarankan berdoa. Seorang yang mengalami penderitaan dan kesulitan hidup disarankan berdoa. Orang yang mengalami penindasan baik fisik, maupun mental dianjurkan berdoa, bahkan seorang anak kecil yang susah buang air besar disarankan orang tuanya untuk berdoa kepada Tuhan.
Berdoa memang tidak melihat siapa yang menyampaikan doa dan kesulitan masalahnya. Melainkan berdoa merupakan ketulusan dan kesucian hati. Nah di sinilah terkadang kita sebagai manusia sulit melakukannya.
Seorang tetangga kita, mendapatkan rezeki, kita tidak pernah mensyukurinya, yang lahir adalah iri dan dengki. Kita bahkan telah “bernegatif thingking” kepadanya. Segala bentuk kejahatan kita sasarkan kepadanya. “Jangan-jangan suami atau bapaknya melakukan korupsi. Jangan-jangan mereka memakan uang suap sebagai kepala dinas atau kepala sebuah instansi.”
Kita bahkan jarang melihat berkat mereka itu sebenarnya sebagai sebuah usaha kerja keras dan doa yang tulus dari mereka. Bahkan ilustrasi tersebut berlanjut demikian; “Semoga orang itu dipenjarakan. Semoga orang itu melarat kembali.”
Keiirian dan kedengkian kita mulai timbul, bahkan sudah merupakan doa kesyirikan. Doa yang kita panjatkan bukannya mensykuri berkat bagi tetangga kita yang mendapat rezeki itu. Kita telah mendoakannya untuk menderita, kita bahkan lebih senang melihat tetangga kita itu mendapat kesulitan.
Hal semacam ini sangat banyak kita lihat dan rasakan dalam kehidupan manusia. Ketika teman kita naik pangkat atau jabatan, memang pada prinsipnya di depan orang ramai, kita mengucapkan selamat kepadanya. Namun di hati yang paling dalam hampir semua penghuni kantor atau instansi yang temannya naik pangkat itu adalah kutukan dan mendoakannya supaya mendapatkan kesulitan bahkan kalau bisa diturunkan kembali pangkat atau jabatannya.
Doa seperti ini tentu telah menyimpang, bahkan yang tidak dikehendaki Tuhan. Sebenarnya di dalam berdoa kita selalu bersyukur, bukannya malah mengutuki. Ketulusan doa adalah sukacita dan damai sejahtera. Bahkan kita pun diminta mendoakan musuh kita.
Sungguh kesucian sebuah doa sangat agung. Doa orang yang percaya menjadi benteng dan kekuatan, bukan malah menyakiti dan mengutuki. Doa yang menyesatkan dan menyengsarakan orang adalah godaan iblis. Terkadang godaan iblis ini terlalu besar di hati kita.
Seorang teman yang pernah menggelar kasus sidang di sebuah pengadilan negeri di Pekanbaru, antara tergugat dan penggugat terdapat jurang dan pertikaian yang tak mungkin didamaikan. Bahkan teman saya itu, malah mendoakan tergugat agar masuk penjara.
Herannya, bukannya dia mendoakan untuk menyadarkan tergugat. Dia bukannya mendoakan pengadilan ini menjadi alat yang memutuskan perkara yang adil dan benar. Kesimpulannya, setiap persidangan yang digelar menjadi ajang mendoakan bagaimana lawan-lawan tersebut musnah dan masuk penjara.
Apakah Tuhan mendengar doa-doa seperti ini? Jelas Tuhan sangat murka dengan doa ini. Tak ada kuasa yang lebih kuat dari kuasa Tuhan dan kuasa Tuhan akan dinyatakan-Nya manakala hati kita sepenuhnya percaya kepada-Nya.
Segawat apapun situasi dan masalah hidup yang kita hadapi, baiklah kita menjadi tenang supaya kita dapat berdoa. Ketika kita berdoa, jiwa kita dapat bersandar sepenuhnya kepada Tuhan sehingga pertolongan-Nya menjadi nyata.
Kita berdoa adalah komunikasi positif kepada Tuhan. Komunikasi gratis tanpa satelit, tanpa sarana telepon atau HP (SMS). Kita berbincang-bincang kepada Tuhan tanpa batas, tidak dikenai pajak dan selalu didengarkan 24 jam oleh operatornya, yang adalah Tuhan kita.
Tuhan selalu mendengar doa-doa tulus kita. Kenapa kita tidak menggunakan sarana ini untuk berkomunikasi gratis kepada pencipta kita? Sungguh sia-sia hidup kita, bila Tuhan begitu baik mau mendengar semua masalah, semua keluh kesah kita dalam doa, namun kita tidak mau berdoa.
Namun selain keluh kesah dan masalah yang kita perbincangkan dalam doa, Tuhan selalu menunggu ucapan syukur kita. Jangan hanya dalam penderitaan saja kita berdoa, namun dalam suka cita dan kegembiraan kita seharusnya juga bedoa.
Jangan kita ingat pada Tuhan pada waktu mengalami kesulitan saja. Hendaknya kita juga bersyukur pada waktu senang, sehingga berkat-berkat yang dicurahkan Tuhan pada kita semakin melimpah. Anugerah-Nya menjadi seperti air mengalir. Tuhan Yesus begitu baik melimpahkan berkat-berkat-Nya lewat doa yang kita lantunkan dengan tulus dan ikhlas. Jangan ada dendam, dengki, sakit hati dan bentuk kejahatan hati lainnya dalam doa. Sebab doa yang didengar adalah doa yang tulus dan membawa kedamaian.
Mulai hari ini, kita manfaatkan sarana komunikasi jarak jauh kepada Tuhan lewat doa. Semuanya gratis dan bebas pulsa. Bedoa tiada henti menjadi nafas dan hidup orang Kristen yang percaya. Sebagai bahan renungan bagi kita, ada tertulis di kitab Mazmur dan Matius sebagai berikut;
Mazmur 56:10 (Maka musuhku akan mundur pada waktu aku berseru; aku yakin bahwa Allah memihak kepadaku)
Matius 7:7 (Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu). Tuhan memberkati. ***

0 komentar: