Selasa, 10 November 2009

Lidah


Diterbitkan di Harian Metro Riau (Minggu 13 September2009)

Dalam kitab Amsal, dikatakan lidah yang suka berbohong adalah sangat dibenci Tuhan. Ayatnya yang berbunyi “Tak bergunalah dan jahatlah orang yang hidup dengan mulut serong.” Hal ini menandakan peranan lidah itu bisa begitu jahat. Lidah itu bisa begitu bengis di dalam merusak hubungan dengan orang lain, di dalam hubungan dengan diri sendiri.
Lidah adalah salah satu alat bicara yang diberikan Tuhan kepada manusia. Sebagai manusia kita diharapkan mampu memanfaatkan lidah itu dengan sebaik-baiknya dan hendaknya dari lidah kita keluar kata-kata yang menyejukkan. Kalau dihitung-hitung betapa banyak kesalahan lidah selama hidup yang kita jalani.
Sadar atau tidak, dari lidah inilah muncul perkataan bohong. Orang yang suka berbohong selalu dilingkupi rasa khawatir. Orang yang senang bohong, selamanya akan menyimpan kesalahan yang suatu saat akan terbongkar. Saat ini banyak manusia tidak mempedulikan lagi apakah dia sudah berbohong atau tidak.
Banyak orang hanya demi kepentingan sesaat merusak lidahnya untuk berbohong. Kalau kita telusuri kasus pengadilan di negeri ini, banyak para tersangka kejahatan yang tidak mengakui kesalahannya. Para penegak hukum pun berlaku yang sama membohongi sebuah putusan perkara
Banyak koruptur yang tidak mengakui penyelewengan. Bahkan mereka berdalih tidak melakukan hal yang dituduhkan, walapun sudah jelas-jelas terbukti. Selagi bisa melempar kesalahan, hal ini pun dilakukan. Menutupi atau berbohong menjadi santapan sehari-hari para koruptor.
Kasus baru-baru ini yang melibatkan pejabat penegak hukum, misalnya Ketua KPK, ketika diperiksa dari sisi hukum dunia mengatakan tidak ada hubungan asmara antara Antasari dengan Rhani, selalu saja pengelakkan terjadi walau kenyataan telah berbicara, “tidak….., tidak benar saya yang merencanakan aksi pembunuhan itu. Saya tidak terlibat dalam pembunuhan itu, saya juga tidak ada asmara dengan Rhani,” sanggah lidah bohongnya. Bahkan berkelit dengan lidahnya melimpahkan atau mencari-cari kesalahan korbannya yang sudah tewas.
Ini baru pengadilan dunia. Bisa saja si pelaku lepas dari jeratan hukum yang berat atau sama sekali bebas murni. Namun yang tidak dipikirkannya adalah jerat hukum akhir zaman nanti. Siapapun tidak bisa menyembunyikan segala perkataan lidahnya yang pernah terucap. Sebab file-nya terekam lewat media rekam Tuhan dan CCTV Tuhan tidak pernah luput dari hidup yang kita lakoni selama di dunia.
Kita bisa membohongi orang di sekitar kita, membohongi diri sendiri, tetapi Tuhan tahu segalanya. Percuma kita menyembunyikan kebohongan dari-Nya. Kesalahan dan kebohongan kita terkuak lebar-lebar di hadapan-Nya.
Lidah kita yang suka berbohong tentu saja menipu diri sendiri. Lidah kita yang selalu menyakiti hati orang lain tentu akan mendatangkan murka dan permusuhan. Lidah kita yang selalu mengadu domba tentu akan melahirkan pertengkaran dan perkelahian semata.
Lidah merupakan segala permulaan perkataan yang baik, arif dan benar. Namun lewat lidah juga lahir kata-kata bohong, perkataan kasar, menyakiti, fitnah dan lainnya. Selama lidah kita masih penuh kebohongan, selama lidah kita masih banyak kata-kata kasar kita tak bisa tenteram dan memiliki kedamaian di dalam hidup.
Orang yang senangnya menyakiti hati orang lain tentu tidak disenangi teman-temannya. Hal ini terjadi di dalam satu keluarga, sebut saja Keluarga Romi, di mana isterinya yang selalu membohongi si suami dari awal pernikahan. Sebenarnya keluarga isterinya itu tidak menghendaki pernikahan mereka dari sejak pertama, namun si isteri tersebut membohongi diri sendiri dan suaminya sehingga terwujud pernikahan tersebut.
Kebohongan seperti ini bakalan terkuak dengan sendirinya. Hal ini terbukti katika terjadi percekcokan di dalam rumah tangga mereka, seluruh kekesalan dan kebohongan selama ini yang disembunyikan terkeluarkan lewat kata-kata, di mana sebenarnya orang tua isterinya tidak berkenan dengan pernikahan mereka.
Hal ini kembali diperkuat ketika terjadi ketidak-cocokan mereka untuk bersatu kembali. Ketika peristiwa ini sampai ke pengadilan, di sana terbongkar kebohongan penerimaan keluarga isterinya selama ini bahwa sebenarnya kedua orang tua isterinya itu tidak berkenan akan pernikahan mereka. Bahkan kedua orang tua isterinya itu lebih senang anak perempuannya untuk pisah dari suaminya sebab memang sebenarnya mereka tidak suka akan pernikan puterinya ini. Inilah kalau kebohongan disembunyikan, di mana akhirnya lambat laun akan terbongkar juga. Kebohongan tidak mendatangkan kebahagiaan. Hanya kesia-siaan yang dihasilkan.
Suami-suami yang suka membohongi isteri juga sangat dibenci Tuhan. Hal sekecil apapun bohong yang terucap, itu adalah peranan lidah yang tidak bisa dijaga. Seorang suami hendaknya selalu terbuka dan jangan menyimpan kebohongan kepada isterinya, sebab tidaklah benar menyimpan kebohongan akan menghindari masalah. Tidaklah benar berbohong demi kebaikan. Bohong tidak pernah mendatangkan kebaikan. Sebab apapun namanya, kebohongan tetaplah dosa.
Seorang suami yang senang membohongi isteri juga tidak ada yang bakalan selamat dari perbuatan bohongnya itu. Sebab cepat atau lambat kebohongannya itu akan terbongkar. Sepintar apapun dia bermain lidah untuk berbohong, suatu saat akan ketahuan juga.
Lidah yang bohong tidak dikehendaki Tuhan. Makanya kebohongan yang ditutup-tutupi, baik suami atau isteri tersebut akan terbongkar. Ini adalah kuasa Tuhan membongkar kebohongan yang sengaja ditutupi-tutupi.
Mazmur 34:14-15 “Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu; jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya.”
Firman Tuhan ini menjadikan dasar bagi kita untuk terus mensucikan lidah. Mensucikan perkataan sangat disenangi Tuhan. Selain kita akan disenangi banyak orang, lidah yang suci akan keluar kata-kata yang indah, kata-kata kesejukan dan kata-kata berkat.
Sebagai penutup, ayat renungan Mazmur 120:2-3 mengatakan “Ya Tuhan, lepaskanlah aku daripada bibir dusta, daripada lidah penipu. Apakah yang diberikan kepadamu dan apakah yang ditambahkan kepadamu, hai lidah penipu?”
Amsal 10:31-32 “Mulut orang benar mengeluarkan hikmat, tetapi lidah bercabang akan dikerat. Bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan, tetapi mulut orang fasik hanya tahu tipu muslihat.” Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati. ***
Erwin Hartono, S.Pd (Guru di Yayasan Pendidikan Kristen Kalam Kudus Pekanbaru)

0 komentar: