Selasa, 10 November 2009

Berbagi dengan Sesama


Diterbitkan di Harian Metro Riau (Minggu 6 September2009)


Ayat Alkitab berikut ini yang tertulis di Markus 8:35 “Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkan-Nya.”
Tidak selamanya apa yang kita miliki menjadi hak kita secara penuh, bahkan sesuatu yang begitu berharga sekalipun harus rela kita berikan untuk kemuliaan dan kasih Tuhan. Sering kali kita mendapatkan rezeki, tetapi terkadang rezeki kita itu ada hak orang lain. Apapun yang kita punyai itu, kita gunakan untuk memuliakan kasih Tuhan dengan memberikan hak orang. Rezeki yang ada pada kita, tidak semuanya bisa kita nikmati, sebab Tuhan telah mengaturnya bahwa di sana ada hak orang lain.
Ketika kita memberikan hak yang kita punyai itu untuk berbagi dengan sesama tentu apa yang telah kita berikan itu akan dilimpahkan Tuhan melebihi yang kita berikan. Begitulah kasih dan anugerah Tuhan atas segala usaha kita. Jangan sekali-kali mengatakan bahwa seluruh rezeki yang kita terima itu adalah usaha kita sendiri sebab di sana ada campur tangan Tuhan.
Ketika Yesus rela memberikan nyawa-Nya kepada Bapa-Nya pemilik kehidupan ini, Dia memperoleh kehidupan kekal. Sebab nyawa adalah hak Bapak-Nya, untuk itu, kita harus merelakannya diambil oleh pemiliknya.
Sebagai bahan renungan kita diantarkan ayat berikut; 2 Petrus 1:5-7 “Justru karena itu, kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan dan kepada kebajikan pengetahuan dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan dan kepada ketekunan kesalehan dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, kasih akan semua orang.”
Ayat Alkitab ini memesankan kita betapa di tengah-tengah kehidupan ini, kita tidak sendirian. Manusia saling membutuhkan kasih. Apalagi di saat-saat seperti ini, masih begitu banyak di tengah-tengah kita yang memerlukan uluran tangan, mereka membutuhkan bantuan kita. Mereka adalah ciptaan Tuhan, sama seperti kita. Kebahagiaan kita semakin sempurna bila bisa dirasakan oleh orang di sekeliling kita. Itulah yang dikehendaki Tuhan untuk kita perbuat dalam kehidupan ini.
Apa yang kita miliki sesungguhnya ada hak orang lain. Kenapa kita tidak memberikannya? Kenapa kita menyembunyikan rezeki kita? Bukankah Yesus sendiri telah memberikan nyawa-Nya demi kita, demi kemuliaan Bapa-Nya. Pada hal bisa saja dia mengelak mengorbankan nyawanya untuk keselamatan kita, namun hal itu tidak dilakukan-Nya. Sebab Dia sendiri mengakui kebesaran Bapa-Nya. Dialah pemilik kehidupan-Nya. Hanya masalah waktu saja Bapa-Nya mengambil haknya yang adalah nyawa umat manusia.
Ini memberikan kepada kita betapa sebenarnya Tuhan itu baik. Kita diberikan alam, nyawa, rezeki dan lain sebagainya. Sementara kita sebagai yang menumpangkan rezeki kepada-Nya terlalu kikir kepada sesama.
Semua pemberian dan anugerah-Nya itu bukanlah milik kita sendiri, melainkan karena kasih dan berkat-berkat Tuhan yang dicurahkan dan memakai kita sebagai perantara untuk kebahagiaan orang lain di dalam memuji dan menganggungkan kebesaran Tuhan. Kalau memang itu dari Tuhan tentu saja setiap saat Dia bisa mengambilnya dari kita. Alam tempat kita menumpang ini, kalau Dia tidak berkenan lagi bisa saja disita-Nya dari umat manusia yang dipercayakan-Nya untuk memeliharanya. Nyawa yang ada pada diri kita pun bisa saja sewaktu-waktu dijemput-Nya. Begitu juga dengan kekayaan atau rezeki yang kita miliki adalah atas seizin-Nya.
Selama Tuhan masih mempercayai kita menempati alam ciptaan-Nya, selama Tuhan masih memberikan kita kesempatan hidup dan masih mengasihi kita dengan diberikan-Nya kelimpahan rezeki, ada baiknya semuanya itu kita pergunakan untuk kemuliaan Tuhan. Sebab semuanya itu adalah kepunyaan-Nya.
Sekarang tinggal kita, apakah kita masih menyombongkan diri dengan limpahan rezeki yang diberikan-Nya. Tentu kalau kita hidup berdasarkan kasih, segala berkat-berkat dari Tuhan hanyalah untuk kemuliaan-Nya.
Ilustrasi berikut memberikan kita hikmat betapa sebenarnya seluruh hidup kita ini adalah sementara dan pemilik-Nya adalah Tuhan. Godam memiliki anak yang begitu dikasihinya. Namun lantaran sebuah persoalan rumah tangga, si anak harus dipisahkan dari si bapak. Sebab dalam undang-undang Negara kalau ada perceraian, si anak yang masih kecil ikut ibunya.
Betapa hancur sebenarnya perasaan Godam, Anak yang dikasihnya tidak bisa sepenuhnya ada pada dekapannya. Dia rindu ingin mendekap anaknya setiap waktu. Sementara untuk saat ini rasanya dia tidak mungkin menemui anaknya yang ada pada ibunya itu karena sesuatu sebab yang tidak bisa dilakukannya.
Kado ulang tahun yang diperuntukkan untuk anaknya dipulangkan begitu saja. Seluruh keluarga isterinya tidak memberikan kesempatan kepada Godam untuk berbagi kasih. Namun kerinduan Godam akan anaknya, dia serahkan kepada Tuhan. Dalam doa-doanya, dia tidak pernah protes. Sebab Godam yakin semuanya yang ada di dunia ini adalah milik Tuhan. Anak adalah titipan Tuhan. Godam melihat ujian ini, betapa sebenarnya Tuhan adalah yang empunya.
Tuhan begitu bahagia melihat kita saling berbagi dengan sesama, Tuhan senang melihat umat-Nya hidup untuk kemuliaan Bapa-Nya. Filipi 2:510 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama. Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di bawah bumi.” Selamat hari Minggu dan Tuhan memberkati. ***
Erwin Hartono, S.Pd (Guru di Yayasan Pendidikan Kristen Kalam Kudus Pekanbaru)

0 komentar: