Sabtu, 14 November 2009

Tugas Kelompok Kelas VA2 dan VIA3



Buat siswa kelas VIA2...tugas kelompoknya membuat/menyusun mading sekreatif mungkin.

Tugas ini merupakan pelajaran Rubrik Khusus. Nilainya berdasarkan kreatif menyusun dan mencari bahan mading yang relefan. Tugas ini dimulai sekitar Desember, setelah siswa kelas VIA3 selesai.
Salam kreatif..........

Selasa, 10 November 2009

Lidah


Diterbitkan di Harian Metro Riau (Minggu 13 September2009)

Dalam kitab Amsal, dikatakan lidah yang suka berbohong adalah sangat dibenci Tuhan. Ayatnya yang berbunyi “Tak bergunalah dan jahatlah orang yang hidup dengan mulut serong.” Hal ini menandakan peranan lidah itu bisa begitu jahat. Lidah itu bisa begitu bengis di dalam merusak hubungan dengan orang lain, di dalam hubungan dengan diri sendiri.
Lidah adalah salah satu alat bicara yang diberikan Tuhan kepada manusia. Sebagai manusia kita diharapkan mampu memanfaatkan lidah itu dengan sebaik-baiknya dan hendaknya dari lidah kita keluar kata-kata yang menyejukkan. Kalau dihitung-hitung betapa banyak kesalahan lidah selama hidup yang kita jalani.
Sadar atau tidak, dari lidah inilah muncul perkataan bohong. Orang yang suka berbohong selalu dilingkupi rasa khawatir. Orang yang senang bohong, selamanya akan menyimpan kesalahan yang suatu saat akan terbongkar. Saat ini banyak manusia tidak mempedulikan lagi apakah dia sudah berbohong atau tidak.
Banyak orang hanya demi kepentingan sesaat merusak lidahnya untuk berbohong. Kalau kita telusuri kasus pengadilan di negeri ini, banyak para tersangka kejahatan yang tidak mengakui kesalahannya. Para penegak hukum pun berlaku yang sama membohongi sebuah putusan perkara
Banyak koruptur yang tidak mengakui penyelewengan. Bahkan mereka berdalih tidak melakukan hal yang dituduhkan, walapun sudah jelas-jelas terbukti. Selagi bisa melempar kesalahan, hal ini pun dilakukan. Menutupi atau berbohong menjadi santapan sehari-hari para koruptor.
Kasus baru-baru ini yang melibatkan pejabat penegak hukum, misalnya Ketua KPK, ketika diperiksa dari sisi hukum dunia mengatakan tidak ada hubungan asmara antara Antasari dengan Rhani, selalu saja pengelakkan terjadi walau kenyataan telah berbicara, “tidak….., tidak benar saya yang merencanakan aksi pembunuhan itu. Saya tidak terlibat dalam pembunuhan itu, saya juga tidak ada asmara dengan Rhani,” sanggah lidah bohongnya. Bahkan berkelit dengan lidahnya melimpahkan atau mencari-cari kesalahan korbannya yang sudah tewas.
Ini baru pengadilan dunia. Bisa saja si pelaku lepas dari jeratan hukum yang berat atau sama sekali bebas murni. Namun yang tidak dipikirkannya adalah jerat hukum akhir zaman nanti. Siapapun tidak bisa menyembunyikan segala perkataan lidahnya yang pernah terucap. Sebab file-nya terekam lewat media rekam Tuhan dan CCTV Tuhan tidak pernah luput dari hidup yang kita lakoni selama di dunia.
Kita bisa membohongi orang di sekitar kita, membohongi diri sendiri, tetapi Tuhan tahu segalanya. Percuma kita menyembunyikan kebohongan dari-Nya. Kesalahan dan kebohongan kita terkuak lebar-lebar di hadapan-Nya.
Lidah kita yang suka berbohong tentu saja menipu diri sendiri. Lidah kita yang selalu menyakiti hati orang lain tentu akan mendatangkan murka dan permusuhan. Lidah kita yang selalu mengadu domba tentu akan melahirkan pertengkaran dan perkelahian semata.
Lidah merupakan segala permulaan perkataan yang baik, arif dan benar. Namun lewat lidah juga lahir kata-kata bohong, perkataan kasar, menyakiti, fitnah dan lainnya. Selama lidah kita masih penuh kebohongan, selama lidah kita masih banyak kata-kata kasar kita tak bisa tenteram dan memiliki kedamaian di dalam hidup.
Orang yang senangnya menyakiti hati orang lain tentu tidak disenangi teman-temannya. Hal ini terjadi di dalam satu keluarga, sebut saja Keluarga Romi, di mana isterinya yang selalu membohongi si suami dari awal pernikahan. Sebenarnya keluarga isterinya itu tidak menghendaki pernikahan mereka dari sejak pertama, namun si isteri tersebut membohongi diri sendiri dan suaminya sehingga terwujud pernikahan tersebut.
Kebohongan seperti ini bakalan terkuak dengan sendirinya. Hal ini terbukti katika terjadi percekcokan di dalam rumah tangga mereka, seluruh kekesalan dan kebohongan selama ini yang disembunyikan terkeluarkan lewat kata-kata, di mana sebenarnya orang tua isterinya tidak berkenan dengan pernikahan mereka.
Hal ini kembali diperkuat ketika terjadi ketidak-cocokan mereka untuk bersatu kembali. Ketika peristiwa ini sampai ke pengadilan, di sana terbongkar kebohongan penerimaan keluarga isterinya selama ini bahwa sebenarnya kedua orang tua isterinya itu tidak berkenan akan pernikahan mereka. Bahkan kedua orang tua isterinya itu lebih senang anak perempuannya untuk pisah dari suaminya sebab memang sebenarnya mereka tidak suka akan pernikan puterinya ini. Inilah kalau kebohongan disembunyikan, di mana akhirnya lambat laun akan terbongkar juga. Kebohongan tidak mendatangkan kebahagiaan. Hanya kesia-siaan yang dihasilkan.
Suami-suami yang suka membohongi isteri juga sangat dibenci Tuhan. Hal sekecil apapun bohong yang terucap, itu adalah peranan lidah yang tidak bisa dijaga. Seorang suami hendaknya selalu terbuka dan jangan menyimpan kebohongan kepada isterinya, sebab tidaklah benar menyimpan kebohongan akan menghindari masalah. Tidaklah benar berbohong demi kebaikan. Bohong tidak pernah mendatangkan kebaikan. Sebab apapun namanya, kebohongan tetaplah dosa.
Seorang suami yang senang membohongi isteri juga tidak ada yang bakalan selamat dari perbuatan bohongnya itu. Sebab cepat atau lambat kebohongannya itu akan terbongkar. Sepintar apapun dia bermain lidah untuk berbohong, suatu saat akan ketahuan juga.
Lidah yang bohong tidak dikehendaki Tuhan. Makanya kebohongan yang ditutup-tutupi, baik suami atau isteri tersebut akan terbongkar. Ini adalah kuasa Tuhan membongkar kebohongan yang sengaja ditutupi-tutupi.
Mazmur 34:14-15 “Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu; jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya.”
Firman Tuhan ini menjadikan dasar bagi kita untuk terus mensucikan lidah. Mensucikan perkataan sangat disenangi Tuhan. Selain kita akan disenangi banyak orang, lidah yang suci akan keluar kata-kata yang indah, kata-kata kesejukan dan kata-kata berkat.
Sebagai penutup, ayat renungan Mazmur 120:2-3 mengatakan “Ya Tuhan, lepaskanlah aku daripada bibir dusta, daripada lidah penipu. Apakah yang diberikan kepadamu dan apakah yang ditambahkan kepadamu, hai lidah penipu?”
Amsal 10:31-32 “Mulut orang benar mengeluarkan hikmat, tetapi lidah bercabang akan dikerat. Bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan, tetapi mulut orang fasik hanya tahu tipu muslihat.” Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati. ***
Erwin Hartono, S.Pd (Guru di Yayasan Pendidikan Kristen Kalam Kudus Pekanbaru)

Berbagi dengan Sesama


Diterbitkan di Harian Metro Riau (Minggu 6 September2009)


Ayat Alkitab berikut ini yang tertulis di Markus 8:35 “Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkan-Nya.”
Tidak selamanya apa yang kita miliki menjadi hak kita secara penuh, bahkan sesuatu yang begitu berharga sekalipun harus rela kita berikan untuk kemuliaan dan kasih Tuhan. Sering kali kita mendapatkan rezeki, tetapi terkadang rezeki kita itu ada hak orang lain. Apapun yang kita punyai itu, kita gunakan untuk memuliakan kasih Tuhan dengan memberikan hak orang. Rezeki yang ada pada kita, tidak semuanya bisa kita nikmati, sebab Tuhan telah mengaturnya bahwa di sana ada hak orang lain.
Ketika kita memberikan hak yang kita punyai itu untuk berbagi dengan sesama tentu apa yang telah kita berikan itu akan dilimpahkan Tuhan melebihi yang kita berikan. Begitulah kasih dan anugerah Tuhan atas segala usaha kita. Jangan sekali-kali mengatakan bahwa seluruh rezeki yang kita terima itu adalah usaha kita sendiri sebab di sana ada campur tangan Tuhan.
Ketika Yesus rela memberikan nyawa-Nya kepada Bapa-Nya pemilik kehidupan ini, Dia memperoleh kehidupan kekal. Sebab nyawa adalah hak Bapak-Nya, untuk itu, kita harus merelakannya diambil oleh pemiliknya.
Sebagai bahan renungan kita diantarkan ayat berikut; 2 Petrus 1:5-7 “Justru karena itu, kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan dan kepada kebajikan pengetahuan dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan dan kepada ketekunan kesalehan dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, kasih akan semua orang.”
Ayat Alkitab ini memesankan kita betapa di tengah-tengah kehidupan ini, kita tidak sendirian. Manusia saling membutuhkan kasih. Apalagi di saat-saat seperti ini, masih begitu banyak di tengah-tengah kita yang memerlukan uluran tangan, mereka membutuhkan bantuan kita. Mereka adalah ciptaan Tuhan, sama seperti kita. Kebahagiaan kita semakin sempurna bila bisa dirasakan oleh orang di sekeliling kita. Itulah yang dikehendaki Tuhan untuk kita perbuat dalam kehidupan ini.
Apa yang kita miliki sesungguhnya ada hak orang lain. Kenapa kita tidak memberikannya? Kenapa kita menyembunyikan rezeki kita? Bukankah Yesus sendiri telah memberikan nyawa-Nya demi kita, demi kemuliaan Bapa-Nya. Pada hal bisa saja dia mengelak mengorbankan nyawanya untuk keselamatan kita, namun hal itu tidak dilakukan-Nya. Sebab Dia sendiri mengakui kebesaran Bapa-Nya. Dialah pemilik kehidupan-Nya. Hanya masalah waktu saja Bapa-Nya mengambil haknya yang adalah nyawa umat manusia.
Ini memberikan kepada kita betapa sebenarnya Tuhan itu baik. Kita diberikan alam, nyawa, rezeki dan lain sebagainya. Sementara kita sebagai yang menumpangkan rezeki kepada-Nya terlalu kikir kepada sesama.
Semua pemberian dan anugerah-Nya itu bukanlah milik kita sendiri, melainkan karena kasih dan berkat-berkat Tuhan yang dicurahkan dan memakai kita sebagai perantara untuk kebahagiaan orang lain di dalam memuji dan menganggungkan kebesaran Tuhan. Kalau memang itu dari Tuhan tentu saja setiap saat Dia bisa mengambilnya dari kita. Alam tempat kita menumpang ini, kalau Dia tidak berkenan lagi bisa saja disita-Nya dari umat manusia yang dipercayakan-Nya untuk memeliharanya. Nyawa yang ada pada diri kita pun bisa saja sewaktu-waktu dijemput-Nya. Begitu juga dengan kekayaan atau rezeki yang kita miliki adalah atas seizin-Nya.
Selama Tuhan masih mempercayai kita menempati alam ciptaan-Nya, selama Tuhan masih memberikan kita kesempatan hidup dan masih mengasihi kita dengan diberikan-Nya kelimpahan rezeki, ada baiknya semuanya itu kita pergunakan untuk kemuliaan Tuhan. Sebab semuanya itu adalah kepunyaan-Nya.
Sekarang tinggal kita, apakah kita masih menyombongkan diri dengan limpahan rezeki yang diberikan-Nya. Tentu kalau kita hidup berdasarkan kasih, segala berkat-berkat dari Tuhan hanyalah untuk kemuliaan-Nya.
Ilustrasi berikut memberikan kita hikmat betapa sebenarnya seluruh hidup kita ini adalah sementara dan pemilik-Nya adalah Tuhan. Godam memiliki anak yang begitu dikasihinya. Namun lantaran sebuah persoalan rumah tangga, si anak harus dipisahkan dari si bapak. Sebab dalam undang-undang Negara kalau ada perceraian, si anak yang masih kecil ikut ibunya.
Betapa hancur sebenarnya perasaan Godam, Anak yang dikasihnya tidak bisa sepenuhnya ada pada dekapannya. Dia rindu ingin mendekap anaknya setiap waktu. Sementara untuk saat ini rasanya dia tidak mungkin menemui anaknya yang ada pada ibunya itu karena sesuatu sebab yang tidak bisa dilakukannya.
Kado ulang tahun yang diperuntukkan untuk anaknya dipulangkan begitu saja. Seluruh keluarga isterinya tidak memberikan kesempatan kepada Godam untuk berbagi kasih. Namun kerinduan Godam akan anaknya, dia serahkan kepada Tuhan. Dalam doa-doanya, dia tidak pernah protes. Sebab Godam yakin semuanya yang ada di dunia ini adalah milik Tuhan. Anak adalah titipan Tuhan. Godam melihat ujian ini, betapa sebenarnya Tuhan adalah yang empunya.
Tuhan begitu bahagia melihat kita saling berbagi dengan sesama, Tuhan senang melihat umat-Nya hidup untuk kemuliaan Bapa-Nya. Filipi 2:510 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama. Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di bawah bumi.” Selamat hari Minggu dan Tuhan memberkati. ***
Erwin Hartono, S.Pd (Guru di Yayasan Pendidikan Kristen Kalam Kudus Pekanbaru)

Rabu, 04 November 2009

Puisi-Puisi Bertema Sumpah Pemuda


Indonesia Berjaya
(By: Erwin Hartono)

Di masa pembangunan ini
Mari kita singsingkan lengan
Sebagai generasi yang cerdas
Dalam mengisi cita-cita dan masa depan
Di alam kemerdekaan ini
Peran pemuda menjadi terdepan
Di dalam memberi arti kehidupan
Bagimu negeri
Sebagai penerus bangsa
Saat ini
Kita diingatkan
Dalam hari Sumpah Pemuda 28 Oktober
Tugas ini berada di pundak pemuda-pemudi
Lewat alam pendidikan
Yang mencerdaskan kehidupan
Demi cita-cita masa depan
Indonesia Berjaya.

Pekanbaru, 25 Oktober 2009



Semangat Pemuda
(By: Erwin Hartono)

Ketika kita mengingat sejarah
Betapa bangsa ini dibangun dari semangat
Didirikan dengan perjuangan berdarah
Di topang lengan pemuda-pemudi
Haruskah kita kini berdiam
Ketika satu-satu pulau terlepas
Ketika produk budaya bangsa diambil
Bangsa lain ingin berkuasa
Haruskah pemuda Indonesia berdiam
Ketika bahasa yang kita perjuangkan
Dihancurkan bahasa-bahasa asing
Lewat sinetron berhamburan kata tanpa makna
Lewat budaya asing
Bahasa kita diporak-porandakan
Bukankah kita berbahagia
Memiliki bahasa persatuan
Bahasa Indonesia
Yang mempersatukan kita dalam komunikasi
Wahai…. pemuda-pemudi bangsa
Kita adalah pemuda andalan
Yang harus terdepan di dalam menjaga
Keutuhan bangsa
Keutuhan tanah air
Dan kesatuan bahasa Indonesia.

Pekanbaru, 25 Oktober 2009